Kamis, 12 Desember 2019

Untukmu guruku

*TERIMA KUUCAPKAN PADAMU SEMUA GURUKU*


_You Must Believe……_

Kisah ini diceritakan seorang sahabat Beberapa tahun lalu, profesor-profesor di Amerika Serikat berkumpul.  Mereka mengeluhkan, mengapa pada generasi sekarang tidak muncul ilmuwan-ilmuwan atau tokoh hebat sekaliber Einstein, Newton, Kennedy, dan sebagainya. Lalu mereka berdiskusi apa penyebab kemunduran bangsa Amerika saat ini dibanding sebelumnya. Akhirnya dari diskusi tersebut keluar satu kesimpulan bahwa mereka harus membenahi dunia pendidikan dasar. Maka pergilah profesor-profesor tersebut mengunjungi satu sekolah dan mereka melakukan survei  di sana.

Murid-murid sekolah diminta menjawab soal dan hasilnya diteliti. Dari hasil tes tersebut seorang profesor paling senior mendatangi sang guru. Terjadilah dialog seperti ini :

“Kami mau bertanya kepada bu guru tentang dua anak ini. Dari 40 siswa di kelas kenapa dua anak ini bisa ranking 39 dan 40?”

“Iya prof, mereka memang anak yang bandel. Suka bolos dan bodoh. Pantas saja mereka ranking paling akhir.”

“Wah, ibu salah,” kata sang profesor. “Dari hasil tes kami, dua anak ini terbukti sangat cerdas. Dia calon ilmuwan besar.”

“Coba ibu perhatikan dua anak ini. Kami akan datang setahun lagi untuk melihat hasilnya.”

Selepas tim profesor itu pergi maka sang guru mulai memperhatikan dua anak yang selama ini dinilainya bandel dan jarang diperhatikan. Kalau tidak masuk, langsung ditelpon atau dikunjungi rumahnya. Ketika hasil ulangan jelek, sang ibu guru dengan penuh ketekunan mengajari kembali dua anak tersebut sehingga  mereka mengerti. Dan akhirnya sesuai janji, tahun berikutnya profesor-profesor tersebut datang lagi ke sekolah tersebut.

“Bagaimana hasilnya, bu?” tanya para professor tersebut.

“Betul prof. Seperti professor bilang, anak ini termasuk cerdas. Dari tahun lalu mereka ranking 39 dan 40, sekarang menjadi rangking 3 dan 4. Bagaimanya professor bisa tahu anak ini cerdas?” tanya sang ibu guru.

Profesor tersebut menjawab, “Sebetulnya kami telah berbohong dalam mengadakan tes. Kami tidak melakukan apa-apa. Kami hanya ingin tahu, kalau seorang guru tekun mendidik dan percaya bahwa anak didiknya bisa, maka mereka akan bisa. Dan inilah hasilnya.”

Subhanallah. Rupanya ketekunan dan kepercayaan saja kuncinya. Anak-anak itu tetap sama. Itulah yang terjadi ketika Master Shifu akan mendidik Panda menjadi jagoan, Pendekar Naga dalam film animasi terkenal The Kungfu Panda. Saat Master Oogway memilih Panda sebagai Pendekar Naga yang bakal menandingi penjahat Tai Lung, semua meragukan termasuk calon gurunya Master Shifu. Master Oogway hanya mengatakan, “There are no accident. You must believe…” lalu beliau pergi diikuti hembusan angin.

Kita tidak mungkin berhasil mendidik dan mengembangkan anak didik kita sebelum mempercayai kemampuan yang dimiliki oleh anak tersebut, dan -tentu saja kita percaya kemampuan kita mendidik anak tersebut. Kita yakin Allah pasti menciptakan manusia masing2 punya bakat dan keunggulan. Cara master Shifu melatih Panda menjadi seorang Dragon Warrior sangat menarik. Bagaimana mungkin, dengan badan yang begitu besar Panda menjadi seorang jagoan kung fu. Master Shifu menemukan kegemaran Panda yang  doyan makan bakpao menjadi  “titik masuk” untuk melatih kungfu. Dengan kegigihan Panda berlatih sesuai dengan keinginannya, ditambah dengan kepercayaan luar biasa Master Shifu atas kemampuan Panda, jadilah Panda seorang jagoan kungfu yang berhasil mengalahkan Tai Lung.

Setiap anak didik mempunyai keunikan tersendiri. Mereka mempunyai kelebihan masing-masing. Tugas seorang guru adalah membantu menemukan, mengembangkan dan memotivasi sang anak agar tercapai cita-citanya. Kita bisa berkaca pada tokoh-tokoh besar, pada dasarnya mereka mempunyai seorang mentor. Mike Tyson, anak jalanan bisa menjadi petinju hebat karena ada seorang Cus D’Amato yang memperhatikan dan memgembangkan bakatnya. Seorang guru pun dalam mendidik muridnya harus seperti itu, penuh percaya diri, memberi motivasi dan mengajarkan ilmunya.

Pandangilah murid-murid kita satu persatu. Bayangkan si A kelak jadi peraih hadiah Nobel,  bayangkan si B jadi presiden RI tahun 2050, bayangkan si C jadi sekjen PBB tahun sekian dsb. Kalau kita yakin anak didik kita bakal jadi orang hebat maka insya Allah mereka kelak akan jadi orang hebat. Kalau pun nggak jadi presiden, dg keyakinan didikan kita spt itu, paling tidak ia jadi seorang menteri. Not bad.

*Tapi yuk jangan lupa wajib kita bayangkan mereka kelak menjadi hafidz hafidzah 30 juz dengan mutqin berkakhlak karimah...*

Terakhir, tidak ada kata kebetulan. Yang ada hanyalah kesungguhan murid yang dibimbing sang guru dg penuh keyakinan. Seperti kata Master Oogway, “There are no accident….”

Disarikan dari seri buku Quantum teaching & Quantum learning dengan sedikit ilustrasi keterangan untuk menghormati para guru. Protaba with love

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Komentar yang Membangun, Jangan Lupa Nama: E-mail: Wa: